KANTOR KEMENAG DHARMASRAYA MENGUCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1440 H "

Minggu, 06 Oktober 2013

Bayan KH. Udzairon



KH. UDZAIRON – TEMBORO
SYURO INDONESIA : JAWA TIMUR,
MADIUN.
BAYAN MAGHRIB

Assamu’alaikum Wr Wb,

Setiap kerja ada Modalnya, dan Modal dari usaha agama ini adalah keyakinan yang shahih, yaitu :

1. Keyakinan yang shahih kepada Allah Swt
2. Keyakinan yang shahih kepada Rasullullah Saw
3. Keyakinan yang shahih kepada Kitabullah
4. Keyakinan yang shahih kepada adanya para Malaikat
5. Keyakinan yang shahih kepada Negeri Akherat yang abadi
6. Keyakinan yang shahih kepada Keputusan Allah ( Qadha dan Qadhar )

Rasullullah Saw memegang janggutnya, lalu berkata : “Aku beriman dengan Taqdir Allah atau  Ketentuan Allah, baik ketentuan yang baik dan yang buruk, baik ketentuan yang manis maupun yang pahit. Semuanya adalah dari Allah Swt.” Seluruh para Nabi dan Rasul, yang ditugaskan untuk usahakan agama, maka semuanya dibekali dengan keyakinan. Nabi Musa AS diutus untuk dakwah ke Mesir oleh Allah Swt, mendapati medan yang begitu berat yaitu menghadapi penguasa lalim Fir’aun LaknatullahAlaih. Firaun saat itu adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan, mempunyai kerajaan, mempunyai tahta, mempunyai tentara, mempunyai harta, dan segala macam asbab. Sementara Nabi Musa AS diutus Allah Swt untuk buat usaha atas agama di mesir tidak dimodali asbab apapun. Nabi Musa AS dalam menghadapi Firaun hanya membawa baju yang terpakai dan tongkat saja. Bajunya juga baju yang lama, yang dia pakai sehari-hari, dan tongkatnya juga yang lama, yang dipakai untuk mengembala kambing dan untuk bersandar. Jadi tidak ada hal-hal baru secara meteri atau dzohir dari diri Nabi Musa AS, yang baru hanya keyakinan dalam hati saja. Allah Swt telah tanamkan keyakinan dalam diri Musa AS, keyakinan akan Qudratullah : “Innani annalloha la illaha illa ana, fa’budni, wa kimisholata lidzikri” Artinya : “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan yang patut disembah selain Aku…  ”Maksudnya apa :
1.       Tidak ada yang perlu ditakuti dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
2.       Tidak ada yang patut dicintai dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
3.       Tidak ada yang perlu diagungkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
4.       Tidak ada yang perlu ditunduki dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
5.       Tidak ada yang perlu diharapkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
6.       Inilah pembakalan yang diberikan kepada Musa AS oleh Allah Swt yaitu mengenal Allah Swt.

Setelah mengenal Allah Swt, maka berikutnya Musa AS diberikan jalan untuk berhubungan dengan Allah Swt yaitu dengan sholat. Begitu juga dengan Nabi Saw yang di utus keseluruh alam oleh Allah Swt, juga tidak dibekali dengan kebendaan ataupun asbab-asbab dzohir apapun. Ketika beliau masih kecil, Allah Swt telah kirim Jibril AS untuk membedah dada Nabi SAW, mengambil daripada Hati Nabi SAW untuk dicuci dengan air zamzam. Kemudian Jibril AS membawa suatu wadah yang berisikan Iman dan Hikmah untuk dimasukkan kedalam hati Nabi Saw. Begitu juga ketika Nabi SAW hendak menjadi Nabi, maka kejadian yang sama terulang kembali, dada nabi Saw dibedah kembali untuk di ambil hatinya dibersihkan kembali dan di isi dengan Iman dan Hikmah. Kejadian ini menurut ulama berulang sampai 3 kali :
1.       Ketika masih kecil / anak-anak
2.       Ketika remaja menjelang menjadi Nabi
3.  Ketika hendak Isra’ Mi’raj Nabi Saw tidak diberikan benda-benda atau materi-materi keduniaan, tetapi diberikan Iman dan Hikmah.

Kitapun juga seperti itu, bahwa keyakinan yang betul terhadap Allah Swt merupakan modal  terpenting dalam usaha agama ini :

1. “Allahu kholiku kulli syai”: Allah pencipta segala sesuatu
2. “Allahu al qodir ala kullisyai” :Allah berkuasa atas segalasesuatu
3. “Allahu al alim bikulli syai”: Allah yang mengetahui segala sesuatu

Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi : “Innama amruhu Idza arrodasyai’an an yakullu kun fa yakun” : “Jika Allah menghendaki menciptakan sesuatu maka Allah hany berfirman : “Kun” maka akan terjadi” Allah Swt menciptakan yang besar dan yang kecil dengan cara yang sama, begitu juga dengan surge dan neraka, dunia dan akherat, hanya dengan kata-kata : “Kun” –“Jadilah”, maka langsung terjadi. Perkara besar dan perkara kecil disisi Allah sama saja, diciptakan dengan “Kun” maka langsung jadi. Di hadapan Allah Swt ini seorang Raja dengan seekor nyamuk ini sama saja. Kalau Allah menghendaki bisa saja Raja membunuh nyamuk, jika Allah menghendaki bisa saja nyamuk membunuh raja. Semuanya menurut Kehendak Allah Swt saja. “Allahu lima yurid” : “Allah bertindak menurut apa yang dia mau, berbuat apa saja yang Allah mau, tanpa ada bantuan apapun dan siapapun.” Allah Swt :
1.       Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang
2.       Dialah yang menjalankan Matahari tanpa alat Semuanya hanya dengan “Kun” Fayakun. Allah Swt tidak perlu bantuan apa saja dan siapa saja.Apa yang dikehendaki Allah akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak mungkin terjadi.

Mahluk tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah Swt termasuk denyut-denyut jantung
manusia ada dalam genggaman Allah Swt. “Wama tasya una illa ayasha Allah” : Kamu semua tidak bias berkehendak kecuali dengan kehendak Allah. Dialah Allah Swt :
1.       Al Muhyi yang menghidupkan, Dia lah Allah Swt adalah Al Mumit yang mematikan.
2.       Ar Rofiq yang meninggikan, Al Khofiq yang merendahkan
3.       Dialah Allah yang membikin orang tertawa, Dialah Allah yang membikin orang menangis
4.       Dialah Allah yang membikin orang benci, dan Dialah Allah yang membikin orang cinta

Bagaimana bencinya Firaun kepada Musa AS, Nabi Musa AS belum lahir tapi Firaun sudah benci. Saking bencinya kepada Nabi Musa AS, Firaun menggerakkan pasukan-pasukan untuk mencari Musa AS yang masih bayi sampai membunuh 70.000 bayi setiap tahunnya. Anehnya setelah bayi Musa AS ada di depan mata, bukannya dibunuh, tapi mindset Firaun berubah, malah  memeliharanya. Mendadak pemikiran Firaun ini berubah, programnya berubah yang dari ingin membunuhnya, malah Nabi Musa AS diangkat menjadi anaknya, dipelihara oleh Firaun. Jadi pada Hakekatnya yang punya program hanya Allah Swt. Allah Swt yang Maha Kuat, mahluk tidak mempunyai kekuatan apa-apa :
a.       Indonesia tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Indonesia
b.       Amerika tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Amerika
c.        China itu tidak kaya, yang kaya itu yang menciptakan negeri China
d.    Jepang itu tidak pandai, yang pandai itu adalah yang menciptakan orang-orang jepang

“La illaha illallah”

Maka yang diharap hanya Allah, kalau kita punya harapan kepada selain Allah ini namanya tidak adab kepada Allah Swt. Bukankah Allah itu Maha Kaya dan Maha Kuasa, padahal Allah Swt sudah menyuruh kita minta kepada-Nya,kok mintanya atau berharapnya kepada selain Allah, ini namanya tidak punya adab. Bagaiamana seorang anak punya orang tua yang sayang pada dia dan kaya raya, tetapi si anak ini malah minta-minta, mengemis, kepada tetangganya yang miskin lagi. Maka  arahlah si orang tua :

“Anak kurang ajar (dijewer si anak), kamu ini bukannya minta padaku malah minta pada orang lain, bukankah ayahmu ini banyak uang dan sayang padamu, kenapa malah minta ke tetangga yang miskin. Bikin malu orang tua saja !” Maka orang tua yang mendapatkan anaknya berlaku demikian akan marah kepada si anak karena mengemis-ngemis kepada orang lain disbanding meminta kepada orang tuanya. Jadi seorang hamba yang meminta kepada selain Allah Swt ini merupakan kesalahan yang besar. Tetapi kebanyakan manusia tidak menganggap ini suatu kesalahan. Begitu juga dengan rasa takut kepada selain Allah Swt, ini juga merupakan kesalahan yang besar, padahal selain Allah ini tidak bias berbuat apa-apa, tanpa kehendak Allah Swt. Seseorang tahu bahwa dia dilihat oleh Allah Swt, di dengar oleh Allah Swt, tapi takutnya malah kepada selain Allah, ini namanya tidak punya akhlaq kepada Allah Swt. Jadi jangan menggantungkan harapan kepada selain Allah, jangan kita takuti selain Allah, berharap dan takut hanya kepada Allah saja, inilah sikapnya orang beriman. Malu jika berharap kepada selain  Allah, malu kalau sampai takut kepada selian Allah. Syaidina Abdullah Ibnu Umar RA ketika memegang kepala singa berkata : “Saya malu kalau saya takut kepada selain Allah.” Maka kita luruskan keyakinan kita kepada Allah, sehingga kita senantiasa dalam setiap keadaan dapat tawajjuh kepada Allah Swt. Kerja Dakwah ini sangat berhajat kepada ketawajuhan kita terhadap Allah Swt. Semua kerja perlu  tawajjuh kepada Allah Swt karena kita ini tidak dapat melakukan apa-apa tanpa pertolongan Allah Swt. Da’I ini hakekatnya kata masyeikh kita wajahnya menghadap mahluk, tapi hatinya hanya menghadap kepada Allah Swt. Da’i ini dzohirnya mengetuk pintu-pintu rumah, tapi hakekatnya sedang mengetuk-ngetuk pintu hidayah Allah Swt. Ketika Rasullullah Saw memegang baju umar lalu mengatakan : “Wahai umar apakah kamu tidak akan jera-jera untuk berada dalam kekufuran sampai datang murka Allah kepada kamu ? Ya Allah berikanlah hidayah kepada Umar.” Lalu Umar RA langsung mengucapkan, “Ashadu alla illaha illallah wa ash hadu anna Muhammadar rosullullah. ”Setiap orang bertanya ini kiatnya bagaimana agar bias mengeluarkan rombongan-rombongan untuk keluar dijalan Allah. Mudah saja, andaikata kita selalu dalam keadaan Tawajjuh kepada Allah Swt, sehingga Allah berkenan menyelesaikan masalah kita, maka semua masalah akan selesai. Kesulitan apa saja, andaikan kita mau tawajjuh kepada Allah, Tawakkal kepada Allah Swt, nanti Allah akan selesaikan masalah kita. Nabi Musa AS menghadapi masalah di depannya ada lautan, sedangkan di belakang ada pasukan Firaun yang siap membantai Nabi Musa AS dan Bani Israil. Semua orang ketika itu dalam ketakutan dan berputus asa. Nabi Musa AS mengajarkan kepada kita kiat menyelesaikan masalah. Apa itu ? yaitu Tawajjuh kepada Allah Swt : “Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Tuhanku bersamaku” dia akan memberi petunjuk kepadaku. Akhirnya selesai masalah. Begitu pula apa yang di contohkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika menghadapi Namruts Laknatullah Alaih dengan pasukan-pasukannya. Bagaimana Nabi Ibrahim menyelesaikan masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah : “Hasbunallah” : “Cukup Allah saja sebagai penolongku” Akhirnya datang penolongan Allah Swt. Begitu juga junjungan kita Nabi Saw, ketika menghadapi masalah, dikejar-kejar orang kafir
Quraish hendak dibunuh, yaitu tawajjuh kepada Allah Swt : “Innalloha Ma ana” : “Allah
bersama kita” Akhirnya datang pertolongan Allah Swt. Begitu juga para sahabat RA dalam menghadapi masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah Swt, maka semua masalah mereka Allah selesaikan. Jadi untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak ada jalan selain Tawajjuh kepada Allah, tambah tawakkal, tambah takut kepada Allah, dan tambah harap hanya kepada Allah.
Inilah satu-satunya dalam menyelesaikan masalah. Kisah : Seorang ulama ber doa terus berdoa, maka setiap berdoa keluar kata-kata, “Doa kamu tidak diterima.” Dia terus berdoa lagi, maka tetap keluar kata-kata seperti itu, “Doa kamu tidak diterima.” Walaupun keluar kata-kata seperti itu dia tetap terus berdoa. Sangking seringnya keluar kata-kata seperti itu, sampai-sampai muridnya bias mendengarkan suara tersebut.
 Maka suatu ketika pergilah ulama untuk melaksanakan Haji, lalu berdoalah dia di depan kabah bersama murid-muridnya. Namun tetap saja setiap kali berdoa didepan ka’bah, maka suara itu
tetap mengatakan, “Do’a kamu tidak diterima.” Akhirnya si murid nya berkata : “Wahai syekh, setiap kali anda berdoa, selalu keluar suara seperti itu, “doa kamu tidak diterima”, tapi kenapa syekh tetap terus berdoanya.” Si ulama tadi berkata : “Kamu tahu sudah berapa lama aku mendengarkan suara seperti itu ?” si murid bilang : “Tidak tahu.” Si ulama tadi mengatakan : “Aku sudah mendengarkan suara itu selama 40 tahun. Setiap saya doa musti keluar suara seperti ini, “Doa kamu tidak diterima” ?”Lalu si murid menanyakan : “Kenapa tetap berdoa kalau keadaannya seperti itu ?” Si ulama itu mengatakan : “Kalaupun Allah Swt menolak doa saya sejuta kali, maka saya akan balik lagi untuk berdoa lagi sejuta kali, habis siapa yang bias mengabulkan doa saya selain Allah Swt. siapa yang bisa menolong saya selain Allah ? kalau doa saya ditolak, maka saya akan balik lagi berdoa. Ditolak lagi, saya balik lagi berdoa, saya akan berbuat terus seperti itu. Ini karena saya mau cari siapa, tidak ada lagi tuhan selain Allah. Siapa lagi yang bias memperkenankan doa saya selain Allah ? Ada tuhan mana lagi selain Allah ?”Setelah targhib yang ulama berikan ini kepada muridnya, tiba-tiba keluar suara tersebut, “Sekarang doa kamu sudah diterima.” Maka kita tawajjuh terus kepada Allah, doa terus kepada Allah, jangan putus asa. Cerita ini didukung oleh suatu hadits : “Tidak henti-hentinya seorang hamba itu mengucapkan, “Ya Allah….. Ya Allah….”
Akhirnya diterima juga.” ( Mahfum Hadits ) Jadi tidak cukup sekali berdoa itu.
Doa lagi, “Maza’ala”, terus do’a lagi, “La ya zallu”, tidak henti henti. Sampai akhirnya diterima juga doanya oleh Allah Swt. Inilah hakekat usaha kita. Usaha kita ini bukan untuk banyak-banyakan orang, tapi bagaimana mempunyai hubungan benar dengan Allah. “Barangsiapa yang mendapatkan Allah maka dia telah mendapatkan segala-galanya. Barangsiapa yang telah kehilangan Allah, dia telah kehilangan segala-galanya.” Allahlah penguasa segalanya, pembuat keputusan atas segala sesuatu, maka barangsiapa yang mendapatkan Allah, maka dia telah mendapatkan segalanya. Inilah pentingnya kenapa kita harus punya hubungan baik dengan Allah Swt, karena barangsiapa yang telah kehilangan Allah, hakekatnya dia telah kehilangan segala-galanya.  Inilah Targhib yang diberikan oleh Syeikh Abdul Wahab ketika datang di jakarta 2008 kemarin, dari waktu isya sampai makan jam 11 malam, hanya ini intinya diulang-ulang oleh beliau.Inilah bekal kerja agama, tawajjuh kepada Allah, doa siang dan malam kepada Allah. Setelah kita tawajjuh kepada Allah, maka langkah yang kedua adalah bagaimana kita menyibukkan diri kita dalam perintah-perintah Allah. Nabi Saw katakan dalam hadits qudsi :“Ma taqoroba ilaiya abdi fi mislih ma tarobtuhu alaih” “Tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi amalan-amalan fardhu.” :
1.                    Jaga Sholat Wajib
2.                    Jaga Puasa
3.                    Jaga Zakat
4.                    Jaga Haji bagi yang mampu

Beli rumah 100 juta mampu kok haji tidak mampu ? beli mobil 50 juta mampu tapi haji kok tidak mampu ? ini bukan tidak mampu namanya, tapi tidak mau. Jadi amalan-amalan fardhu harus dijaga. Bahkan menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddeen jilid satu yang termasuk harus di jaga adalah Dakwah, karena fardhu ‘Ain. Pemikiran Imam Ghazali di Kitab Ihya Ulumuddin terhadap Dakwah : Imam Ghazali katakan zaman ini adalah zaman kebanyakan manusia sudah lalai kepada Allah. Ini beliau katakan 500 tahun hijriah, dimana wali-wali masih dimana-mana. Maka di zaman ini kalau kita tidak datang ke rumah-rumah menemui setiap orang, bagaimana mereka mau ingat kepada Allah. Maka hari ini adalah fardhu ‘Ain untuk setiap orang bergerak menemui setiap orang mengingatkan mereka kepada Allah. Jadi pemikiran tentang dakwah itu adalah penting ini bukan hanya dari satu ulama saja, seperti Syeikh Ilyas Rah.A saja, tetapi juga imam Ghazali, bahkan sampai ke Rasullullah SAW sekalipun. Namun alangkah sedikitnya manusia yang memperhatikan perkara ini. Padahal tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi daripada mengerjakan amal-amal fardhu. Dan tidak henti-hentinya seorang hamba mengerjakan amal-amal sunnah ( bukan sekali saja tapi secara terus menerus, dari :

Sholat Sunnah, Puasa Sunnah, Dzikir harian, bacaan Quran, sodaqoh, secara terus menerus ), akhirnya dicintai oleh Allah Swt. Jaman dulu waktu baru pertama kali keluar 3 hari maka semangat bahkan diulang-ulang adab tidur, adab makan, dan adab masuk mesjid, tetapi sesudah jadi orang lama tidak dipraktekkan lagi, tidak di mudzakarohkan lagi, bosan katanya, tidak perlu adab tidur lagi dan tidak perlu adab makan lagi. Ini namanya pensiun dari mengamalkan sunnah Nabi Saw. Apabila seseorang sudah dicintai oleh Allah Swt, maka Allah akan memberkati matanya, memberkati mulutnya, memberkati tangannya, memberkati seluruh kehidupan orang tersebut, seperti para sahabat RA. Umar RA ini seorang khalifah seperti kita tangannya hanya dua saja, namun dari tangan yang Allah berkati ini mampu mengatur seluruhmanusia dari ujung ke ujung dunia.
Ini namanya Barokah dalam pengaturan dari Allah Swt. Bagi umar cukup berteriak dari madinah sambil mengayunkan tangannya, pasukannya yang sedang berperang ribuan killometer dari madinah mampu mendengar perintah Umar RA. Namun lihat kita hari bagaimana keadaan kita begitu jauh dari umar RA, mengatur satu mahalah saja tidak becus. Masya Allah, Allahu Akbar. Inilah keadaan kita hari ini kurang Barokah dari Allah Swt. Kenapa ? ini karena kita tidak menjaga daripada amal-amal sunnah kita dengan sungguh-sungguh. Kita harus menjaga dengan sungguh-sungguh dari amal sunnah yang dzohir dan yang bathin. Amal-amal dzohir seperti sunnah makan, sunnah tidur. Sedangkan amal bathin ini seperti sunah-sunnah dari akhlaq rasullullah SAW seperti memaafkan orang. Nabi SAW sifatnya itu senantiasa memaafkan orang. Orang semakin berbuat jahil kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW semakin berbuat baik, semakin lembut kepada orang itu. Keburukan dibalas dengan kebaikan, ini merupakan sifat Nabi SAW yang disebutkan dalam kitab Taurat sebagai Nabi Akhir jaman. Inilah yang namanya Akhlaq sunnah memaafkan, sementara kalo kita ini temen berbuat salahkita inget-inget terus, sementara kita tidak pernah inget kebaikan-kebaikannya. Ini namanya bukan Akhlaq sunnah. Akhlaq sunnah itu kita senantiasa melihat kebaikan orang, dan jangan melihat keburukannya. Inilah akhir zaman, jangan kita ini menuntut teman kita ini berlebih-lebihan, lihatlah kebaikan-kebaikannya. Dengan cara ini maka akan timbul kasih sayang satu sama lain dan kesatuan hati, inilah asbab terbaik turunnya pertolongan Allah. Umat ini jika sudah tidak satu hati, walaupun dipimpin oleh cucu Nabi SAW, namun karena umat dalam keadaan tidak rukun, dipimpin oleh oleh sealim-alimnya manusia, ummat tidak bisa jalan alias tidak berfungsi alias kacau balau. Seperti mobil yang sudah bobrok, walaupun didatangkan supir ahli, seorang pembalap kaliber dunia, ini sama aja tidak akan bisa jalan. Jadi kalau mobil bobrok, supir jepang yang ahli dengan supir dari jawa, ya sama aja. Namun kalau mobil bagus dan baik kondisinya, tidak perlu supir dari jepang, supir dari temboro aja bisa jalan mobil tersebut dengan baik. Intinya kita ini jangan suka menyalah-nyalahkan orang, contoh : gara-gara si anu kerja ini jadi gak bias jalan, gara-gara dialah kerja ini buntu. Di fikiran orang seperti ini yang ada hanyalah “Saya risau dengan dia ini”, kenapa dia tidak risau pada dirinya sendiri dulu (sibuk merisaukan orang lain tapi tidak risau sama diri sendiri).


Nabi SAW bersabda : “Man khola khalaqannas fa huwa ahlaquhum au ahlaqahum” artinya : “Barangsiapa yang mengatakan bahwa manusia sudah rusak, maka dia inilah yang paling rusak”. Menurut Ulama makna dari hadits ini ada 2 :

1. Dianya yang rusak
2. Dia jadi asbab rusaknya orang lain ( dianya yang merusak orang lain )


Jadi sebagai Da’i itu harus lihat kebaikan-kebaikan orang, akhirnya melihat orang itu seneng. Walaupun hanya 1 temen dia akan merasa senang, dia syukurin pertemanannya dengan satu orang ini. Akhirnya asbab syukurnya ini Allah Swt tambah temannya. Tambah satu teman, disyukurin lagi, pandang kebaikannya lagi, disayang lagi, akhirnya Allah Swt tambah temannya lagi terus hingga temannya menjadi banyak. Beda dengan jika banyak teman tidak disyukurin, dimarahin terus temannya, prasangka buruk terus, dilihat keburukannya aja, lama-kelamaan temannya meninggalkannya, hingga dia tidak punya teman. Teman ini walaupun dia tidak mau ditaskil atau berbeda pandangan dengan kita, minimal dia seorang islam ini sudah mencukupi fadhilahnya. Jika kita bertemu mengucapkan salam, itupun kita dapat pahala. Kita bersalaman, dosa-dosa kita berguguran. Apalagi kalau dia mau diajak keluar di jalan Allah maka akan bertambah-tambah lagi fadhilahnya. Inilah Akhlaq Nabi SAW, sunnah didalam Akhlaq, yaitu suka memaafkan dan  memandang kebaikan orang lain. Maka akhirnya dimana-mana bicara kebaikan, sehingga kebaikan dimana-mana tersebar. Syech Abdul Wahab katakan : “Da’i ini juka sudah mudzakaroh mengenai kelemahan atau aib temannya maka ini akan menyebabkan kerja ini menjadi lemah.” Maulana Umar Rah.A cerita : Ada suatu rombongan dari suatu negeri datang ke masyeikh untuk membeberkan kekurangan dan kelemahan syuro di negerinya. Setiap orang di rincikan masalah dan kekurangan mereka. Sehingga Maulana Umar bertanya, “Kenapa nama kamu tidak ditulis disini ? apakah kamu tidak punya kelemahan, tidak punya ya ?” jangan kamu lihat kelemahan orang-orang itu sehingga kamu tidak akan bisa kerja sama. Akibatnya kerja dakwah ini akan terhenti. Lihatlah kebaikan-kebaikan mereka.” Cerita ulama jaman dulu : “Dulu ada kisah seorang bernama si fulan. Si fulan ini setiap ketemu orang langsung mencium bau busuk dan mencibirnya. Di rumahnya dia ketemu istrinya marah dia bilang istrinya ini bau busuk sekali. Ketemu ayahnya marah, dia bilang kok bau busuk sekali. Lalu ke mesjid begitu juga, ketemu ulama dia bilang ini ulama kok bau busuk sekali. Kemana-mana pergi dia marah-marah bilang semua orang busuk. Sehingga akhirnya datanglah seorang temannya menasehatinya untuk tidak seperti itu. Lalu si fulan katakan, “Ya memang keadaannya seperti itu semua orang bau busuk.” Teman nya bilang jangan seperti itu, bau busuk itu dikarenakan di hidung kamu itu ada kotoran tai ayam nempel di dalam hidung kamu. Terkejut dia mendengarnya dia langsung pulang membersihkan hidungnya. Setelah dibersihkan hidungnya, diberi pembersih dan pewangi, sehingga kini dia ketemu istrinya kok jadi wangi, begitu juga ketemu ayahnya, ketemu ulama di mesjid juga begitu, semua orang jadi wangi. Akhirnya dia sadar rupanya selama ini yang bermasalah itu hidungnya.” Inilah gambaran bagaimana orang jaman dulu memberi nasehat yah seperti ini penuh dengan hikmah.

Jadi ketika menuduh orang lain buruk atau melihat keburukan  orang lain, sesungguhnya itu
sebenarnya datang dari keburukan diri sendiri. Orang baik itu ya ngeliat apa aja ya baik saja. Ada laki perempuan sedang berjalan, maka orang baik ini akan memandang “Wah ini suami isteri mesra sekali.” Tetapi kalau orang buruk dia akan memandang, “Wah ini pasti mau zina mereka”. Jadi kalau orang baik itu melihat suatu perkara ya baik aja, sehingga yang datang yang baik-baik sama dia. Kita tidak akan bisa buat usaha dakwah kecuali dengan melihat kebaikan orang. Kalau ini bias dilakukan, maka orang seperti ini hanya akan melihat kebaikan pada orang atau ummat, sehingga dia jatuh cinta pada ummat, saying kepada ummat, dan mau usaha atas ummat. Inilah akhlaq Rasullullah SAW. Walaupun sudah diperlakukan sedemikian rupa oleh abu jahal, tapi beliau masih berharap keislamannya. Sebagaimana umar ketika masih membenci islam habis-habisan, tapi Nabi SAW masih berharap keislamannya Umar RA, “Ya Allah kuatkan islam dengan islamnya Umar ibn Khottob”. Jadi tidak hentinya seseorang itu secara terus menerus mencintai dan mengamalkan sunnah Nabi SAW, sehingga dia dicintai Allah Swt. Jika Allah Swt sudah mencintai hambanya maka kehidupannya akan diberkati. Pembicaraannya, tangannya, matanya, kakinya, perdagangannya, semua diberkati oleh Allah Swt. Seorang kalau sudah diberkati oelh Allah walaupun usahanya yang kelihatan hanya sedikit tetapi hasilnya bias besar. Seperti Ali RA ketika dia sedang mengumpulkan kabilah Hamadan di yaman, beliau hanya bicara 5 menit saja, “Saya di utus oleh Rasullullah SAW untuk mengajak kalian semua masuk islam.” Mendengar pembicaraan Ali yang sedikit ini langsung satu suku semuanya masuk islam padahal belum dijelaskan tentang islam dan aturannya bagaimana. Ini asbab kata-kata Sayidina Ali RA ini betul-betul diberkati oleh Allah Swt. Sehingga sangking gembiranya sayidina Ali membuat syair, “Seumpama saya ini sebagai juru kunci surga, maka nanti orang yaman ini saya masukan surga duluan, karena orang yaman ini di taskil sangat gampang.” Jadi amal-amal infirodhi kita ini sangat penting sehingga amal ijtimai kita diberkati oleh Allah Swt. Sehingga Allah katakan :

1. Jika dia berdoa kepadaKu pasti akan Aku berikan

2. Jika dia mohon perlindungan kepada Ku pasti akan saya lindungi

Ini jika orang sudah mengerjakan sunnah dijaga secara terus menerus, sunnah dalam akhlaq, sunnah dalam ibadat. Para Masyeikh kita amalan-amalan sunnah ini dijaga luar biasa. Saya
membaca sejarah kehidupan Hadratji Innamul Hasan yang ditulis oleh Maulana Syahid di
pesantren Deoband India. Beliau katakan bahwa syekh Innamul Hasan ini sehari membaca Quran ini 15 Juz, maka dalam 2 hari pasti khattam. Dzikirnya tiap hari 70.000 lafadz, duduknya 4 jam khusus untuk dzikir setiap harinya. Padahal kesibukan beliau dalam dakwah, mengajar, khidmat, ini luar biasa sekali tetapi masih sempat untuk istiqomah dalam amalan infirodhi. Walaupun dengan kesibukan beliau yang luar biasa, namun tetap amal-amal infirodhinya, amalan pribadi, terjaga secara istiqomah sehingga kerja-kerja beliau yang secara ijtimai ini diberkati. Ini sebetulnya bukan perkara yang aneh, karena Nabi SAW juga seperti itu bahkan diberitakan di dalam Al Quran, bagaimana Tahajjudnya Nabi SAW separuh malam. Jika Malam itu adalah 12 jam maka tahajjudnya Nabi SAW ini minimum 4 jam dan kebanyakan 6 jam. Maka orang-orang yang menjaga amalan-amalan seperti inilah yang digunakan Allah untuk kerja-kerja besar. Dalam Suatu Hadits dikatakan : “Apabila Allah sudah mencintai seseorang, maka Allah akan panggil Jibril untuk mengumumkan, “Hai Jibril Aku sudah mencintai si fulan maka cintailah dia”. Lalu Jibril akan mengumumkan kepada penduduk langit (seluruh malaikat) , “Hai para penduduk langit Allah mengatakan bahwa Allah sudah mencintai si fulan maka cintailah dia. Jika penduduk langit sudah mencintai dia, maka penduduk bumipun akan mencintai dia.” Sekarang kita balikkan kenapa orang-orang mahalah ini susah kita temuin, jika kita datangin malah terusik dan terganggu. Ini mungkin karena penduduk langit belum mencintai kita, kenapa ? mungkin karena kita kebanyakan tidur, tidak menjaga dari pada amalan sunnah dan amalan infirodhi (pribadi/sendirian) kita. Ini karena penduduk langit tidak ada yang tidur, sehingga mereka  melihat kita ini bosen, tidur melulu : Taklim tidur, Bayan tidur, penanggung jawab lagi, bagaimana ini ? Jadi manusia ini jika sudah dicintai oleh ahli langit maka dia akan dicintai oleh ahli bumi. Kalau orang itu sudah dicintai oleh ahli langit, maka mengajak orang kepada kebaikan itu mudah, ditaskil itu mudah. Maka bagaimana kita ini senantiasa dalam kerja agama ini arahnya itumempercantik amalan kita di hadapan Allah Swt.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb